Saturday 22 March 2014

ISOTK Round 2 7th Stop: Amelia, Surabaya


This time, the traveling kimono was visiting Amelia. Amelia is one of ISOTK's participants who is new to kimono and kitsuke world and terms. I believe this is the first time she jumped on the wagon full of new kimono things. She wore the kimono beautifully, albeit the hiro eri was still unfolded and the maemigoro was crossed "right over left".


After receiving the pictures of her full set kitsuke, we (the managers of ISOTK's page) discussed that with Amelia and her response was somewhat really enlightening. She accepted the facts that she was done the kitsuke in wrong ways and asked us to just keep the pictures just the way they were. She didn't want us to flip the picture so the collar crossing is "left over right". She said that we should keep the pictures and put some information on how the mistakes were and it could be some point of note on how not to make the some mistakes. Anyhoo, mistakes or not, she dressed beautifully - outside and inside. For more pictures and sneakpeak on what ISOTK (Indonesian Sisterhood of Traveling Kimono) is, you can visit the page.



Friday 14 March 2014

ISOTK Round 2 6 Stop: Sabi, Yogyakarta

The gate of Benteng Vrenderburg.
1403 Indonesian Sisterhood of Traveling Kimono (ISOTK) Round 2 6th Stop: Sabi, Yogyakarta

Wheeeee~ I squeal with joy when Mbak Sabi decided to participate in Indonesian Sisterhood of Traveling Kimono (ISOTK). I helped her with the kitsuke, decided what to wear for her and she complied without much fuss. I also helped her taking the pictures. We decided to go to Benteng Vrederburg (Fort Vrederburg). She got dressed there, added a black ribbon as an obijime and her self-made kanzashi as an obidome.

Note the ribbon obijime, the organza obiage and kanzashi obidome.
We took many pictures inside the fort itself and of course at the surrounding of the Fort. Then, I started to feel that someone was watching us. It was not until we took all our pictures that this security-like guy asked us to follow him to the office. They asked us what we were doing since the visitor shall pay some amount of money if it wasn't there just for casual visit in the Fort. If it was for pre-wedding shot, fashion shot or other commercial shot we really have to pay for it, but since it was for casual thing as for ISOTK  even though Mbak Sabi was all dressed up, we said that it was for Facebook album and nothing about commersial stuff. In the end we didn't have to pay at all. Not knowing this before hand, we then discussed that it will be find if we actually find other spot for taking pictures. Mbak Sabi did all the talk as I was easily panicked when I talked to the officer. It was not that we were doing something wrong or suspicious, but we were actually really doing a photoshot in dressed up mode :P.

A lot of cannons in the Benteng Vrenderburg.

Inside the Museum. There are a lot of diorama.
Bonus picture. Me grabbing Mbak Sabi and going to munch her. Recreating a scene from certain anime.



Tuesday 11 March 2014

ISOTK Round 2 8th: Uni, Makassar


This post was all in Indonesian. The participant, Uni, had a GREAT time wearing the traveling kimono. She wore it beautifully to the cosplay party and her cousin's wedding party, both indoor and outdoor.

Berikut cerita saya tentang perjalanan Kimono ISOTK di Makassar. Ketika kimono ini sampai di Makassar saat itu cuacanya lumayan extream. Tadinya saya mengira bahwa akan melakukan photo session di dalam rumah saja karena hujan dan angin kencang berhari2 tetapi ketika tanggal 1 Januari 2014, tiba-tiba cuaca cerah \^_^/ segera ku ambil kesempatan ini untuk melakukan photo session di outdoor dan kebetulan saya mendapatkan undangan party dari COMASU (Cosplayer Makassar Suki) untuk merayakan hari jadinya yg ke-3.

Tepatnya di aula Benteng Fort Rotterdam saya berfoto dengan beberapa anggota COMASU dan sempat mengambil beberapa gambar di luar aula tapi tak lama kemudian hujan kembali turun, sebenarnya ada museum di dalam Benteng Rotterdam tetapi tak sempat berfoto disana.

Sekedar info, Benteng Fort Rotterdam yang terletak di tengah pusat perdagangan sentral kota akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor di seputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai. Masuk ke benteng sebetulnya tidak dipungut bayaran, karena area didalam benteng tidak dijadikan museum cagar budaya yang kosong melompong. Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, sehingga suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua semacam ini tidak begitu kental karena masih dijumpai manusia berseliweran kian kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga kebersihan dan kerapihan lingkungan disana masih terawat cukup baik.

Di hari berikutnya cuaca kembali ke musimnya "hujan" tapi photo session saya tidak berhenti sampai disitu, lagi-lagi saya mengambil kesempatan untuk berrfoto di tempat yang lumayan bagus scenennya. hari itu kakak sepupu saya melaksanakan pesta pernikahannya di gedung Islamic Centre (IMMIM) makassar, awalnya sih rada malu-malu karena banyak tamu undangan yang melihat dan beberapa menggunakan pakaian adat makassar "baju bodo" sementara saya menggunakan kimono ^^" tapi lama kelamaan saya PD aja dan menikmati foto-fotonya. mulai dari dalam gedung sampai di luar saya berfoto, lumayanlah scenennya bagus-bagus apalagi di luar gedungnya terdapat beberapa pohon sakura "hand made" jadi bayangin aja lagi di Jepang. Hhahah..
Oia, meskipun saya berfoto di pesta yang banyak makanannya saya tetap berhati2 untuk menjaga kimono ini terhindar dari noda makanan. Terakhir saya mengambil gambar yang bertempat di anjungan pantai losari dan mengambil Mesjid Terapung Amirul Mu'minin Losari Makassar sebagai background. Pilihan desain arsitektur modern, dengan warna putih dan abu-abu mendominasi hampir keseluruhan bangunan membuat masjid yang berdimensi mungil ini tampak begitu manis. Belum lagi keberadaan dua buah kubah yang bertahtakan mozaik gradasi biru mengilat menjadikan masjid ini terlihat kian memesona. Pilar-pilar tinggi akan menyambut kita ketika tiba di akses utama masjid. Seolah merepresentasikan lima waktu sholat dalam sehari, pilar berwarna putih itu pun berjumlah lima buah. Melewati pintu utama masjid kita akan langsung menemukan tempat bersuci di sisi kiri dan kanan bangunan. Kemudian di masing-masing sisi itu pula terdapat tangga melingkar untuk mencapai lantai dua dan tiga dari masjid terapung ini. Menapaki undak demi undak putaran tangga sembari menikmati suasana sore hari menjelang mentari tenggelam akan menjadi best moment yang layak diburu ketika kita mengunjungi masjid terapung ini.

Maaf kalo ada beberapa foto yang kurang bagus dikarenakan yang menjadi fotografernya berbeda-beda. special thanks buat kak Nia, Ukhti Farida, dan ponakan saya Butet yg secara terpaksa jadi fotografer dadakan XD

Oia, saya memakai kain renda bekas warna pink dan abu-abu sebagai tali untuk diikatkan saat memakai juban dan kimononya, dan untuk obinya (kurang tahu apa nama Obi ini, saya menamakanya Obi Pita Kupu-kupu 8-D) warnanya kuning emas, pita kupu2nya kurang besar sih jadinya tidak terlihat menonjol jika tampak dari samping.

Demikian jalan-jalan saya bersama kimono ISOTK di makassar, terima kasih buat mba Vika dan mba Agnes atas supportnya sehingga saya bisa menggunakan kimono ini. Semoga di Round 3 masih berkesempatan untuk berkitsuke lagi, hehehe... Arigatou Gozaimasu 

Saturday 8 March 2014

Kimono Collection: Tsukesage White Dyed Chrysanthemum


Tsukesage is a formal kimono usually worn for ceremonies, wedding parties, formal visitings, or formal blind dates. In term of western attire, tsukesage is like your fancy and nice dress for attending some gala dinner in a hotel.


This tsukesage of mine is one of my dear collection and I will wear it with a heartbeat. It comes in white so I get a little bit scared to wear it near some liquids or dirty environment. The tsukesage has chrysanthemums all over and the flowers are the motif for fall. Seasonal wise, even though this kimono is for fall, I believe I will wear it in all season.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...